Assalamualaikum dan hallo para pembaca sekalian..
Kali ini saya akan menyambung cerita sebelumnya di “air matamu”,
tidak Cuma itu ada cerita baru lhoh..
Jadi baca terus ya blog saya…dan jangan lupa tinggalkan
komentarnya.
Nah, salihkan selamat membaca… ^_^
Sambungan “air
matamu”…
“dias..
sayang kak randa, ibu dan ayah udah meninggal saying… dias ikhlaskan ya…”
“kak..dias
kangen..”
Randa
hanya dapat mengenggam tangan adiknya itu, betapa ia sedih melihat adiknya amat
rindu,namun apalah daya.. orang tua merka telah tiada.
Beberapa
bulan kemudian, dias sudah dapat ikhlas dan menerima orang tuanya telah tiada. Kini
dias sudah mau bersekolah sudah tersenyum kembali dengan manisnya..
Randa sungguhlah bahagia, melihat adik
kecilnya sudah kembali menemukan senyumannya kembali dengan harapan baru randa
dan dias menjalani hidup baru yang akan penuh senyuman dan tawa.
#Jadi
tersenyumlah
KERETA API
Ku terdiam dalam benakku bertanya dimana aku
sekarang berada, yang ku lihat hanya lah orang yang lalu lalang dan melihatku
dengan heran. Suara yang amat keras terdengar dari kejauhan ebuah kereta api
bertenaga uap datang, orang yang lalu lalang itupun pergi satu persatu
meninggalkan ku yang jatuh terduduk ditanah, seorang pemuda menolong dan membimbingku ke sebuah tempat
duduk sambil bertanya
“mbak tidak apa-apa ?” tanyanya padaku
Aku Cuma dapat menggelengkan kepalaku dan
berkata “ terimakasih”,
Lalu ia bertanya lagi “ mbak sedang menunggu
seseorang ?”
“ia…”
“klau begitu hati-hati ya mbak ramai-ramai
seperti in ada pencopet”
“ia.. terimakasih”
Pemuda itupun pergi. “tuuut…tuut…” suara
kereta yang menendakan ia akan berangkat kembali.
Badanku sempoyongan, mungkin karna sebelumnya belum sempat untuk makan
karna mengejarkereta adik ku akan tiba,, karna di buan ini bulan libur sekolah
ia pun pulang.
Selagi menunggu adikku, aku meihat penjual roti akupun mengambil beberapa
bungkus roti dan memakan nya dengan lahap, hingga perutku pun kenyang, aku pun
bermaksud untuk membayarnya dan bertanya
“berapa semuanya mbak ?”
“sama air, Rp.6000,- saja.” Ku masukkan
tangan kananku kedalam tas, meraba-raba dompet,”loh..mana kok ngak ada ?”
Disaku celana juga ngak ada atau aku
menjatuhkannya atau jangan-jangan…”
“dompetku di curi oleh lelaki tadi…” pikir burukku.
“mana mbak uangnya?”
“aduh dompet saya sepertinya hilang ada yang nyuri tadi mbak…?”
“terus gimana dong dagangan saya..???, mbak
udah memakanna lhoh..”kata penjual kesal.
“ini dompetnya mbak..” tiba-tiba datang dari
samping dan menyodorkan dompetku..
“wah..ini dompet saya kamu mencurinya ya..?!”
“maaf mbak kalau saya yang nyuri ngapain saya
repot-repot menggembalikan nya kembali..”
“ia benar juga..!”
“ tadi terjatuh, saya melihatnya.. saya
panggil mbak ngak dengar..!”jelas pemuda itu.
“aaa.. maafkan saya terimakasihya..”
“ia.. sama-sama, mbak”
Aku pun mengeluarkan uang Rp.6.000,- dan
memberikannya pada penjual roti.
Beberapa menit kemudian, suara yang kukenal
terdengar di telingga ku
“KAKAK….!!!”
Ku melihat kearah asal suara itu, ya.. itu
adikku tersayang yang kutunggu tunggu, dan pemuda yang mengembalikan dompetku
itu sudah pergi menghilang.
Aku pun pulang bersama adikku, beberapa menit
dalam perjalanan akhirnya sampai deh..
*************
Mentari
menampakkan ajahnya kembali, ayampun berkokok membangunkan orang dari tidurnya
seiring dengan azan mesjid dekat rumahku, sungguh besar nikmat anugrah yang
maha mencipkatan. Hari-haripun dimulai kembali namun ada kabar duka yang dapat
saat membuka pesan singkat di handphone ku tetulis nama salah seorang teman
sekelasku saat di sma yang memberi kabar bahwa salah seorang ayah dari teman ku
sma, meninggal dunia. Aku pun mulai menggetikkan huruf-huruf yang menjadi
rangkaian kata bahwa aku juga ikut berduka atas kejadian itu.
Pesan singkat lain datang dari teman dekatku
namun bukan sahabat, bahwa ia juga ingin menggunjungi teman yang kemalangan. Kami
pun berdua membuat janji untuk berkunjung kerumahnya, dan mencoba untuk
menghiburnya agar ia tidak merasa sedih lagi.
Dalam
perjalanan pulang kami melintasi stasiun kereta api. Stasiun itu adalah jantung
transportasi di dekat rumahku, ada juga yang lain namun jauh dari rumah, bila
ingin kekota harus menggunakan kereta api.
Setelah sampai dirumah handphone ku tiba-tiba
berdering dengan sigapnya ku angkat “ia..”, telpon itu dari pimpinan tempatku
bekerja, dan ia mengatakan bahwa diriku dipindahkan kerja kekota, berat rasanya
untuk pergi namun ada rasa yang mendukung.
Dengan restu dan izin dari orang tua yang
mengerti dan mendukung kupun melangkah pergi dengan membawa barang-barangku,
namun tak perlu kawatir sekali seminggu aku akan pulang untuk mereka. Adikku datang
malah aku yang akan pergi kataku dalam hati. Walau berat rasanya kalau mereka
bahagia tak apa.
Pukul
08:06 wib, keretaku belum juga tiba seharusnya ia sudah ada pukul 08:00 wib
tepat, semua penumpang sudah tampak gelisah diwajah mereka karna kereta yang
ditunggu belum jga tiba. Para penjual makanan semakin keras berteriak
menjajakan makanannya, terasa kering tenggorokan ku ini menunggu kereta tiba.
Kuputuskan membeli sebotol minuman dingin,
suara orang yang resah menunggu kereta sungguh memekak kan telingga, ku sumbat
telinggaku dengan kain jilbab yang kukenakan “lumayan enak jadinya..”
Kususuri satu persatu orang-orang yang banyak
itu demi mendpatkan sebotol air dingin,” hu…. Nikmat sekali rasanya air ini “
lalu membayar air ini.
Ku
lihat jam besar yang ada di dinding stasiun yang sudah berada disana sebelum ku
lahir masih terlihat bagus dan indahnya, waktu menunjukkanpukul 08:14 wib “wah..terlambat
betul nih kereta....”
Kata seorang wanita yanga da disampingku yang
mencoba mengajakku untuk berbicara, mungkin ntuk menghlangkan suntuknya,
“saya kesini lagi nungguin anak saya.. karna
hari liburan sekolah..!”
“ia buk..klau saya mau pergi ke kota..”
“ibuk kesini sendirian.??”
“ia.saya tinggal dengan suami saya dan anak
saya sekolah di kota, suami saya lagi kerja membajak sawah jadi saya yang
jemput habis memasak tadi..”
“jam segini ibuk sudah selesai masak, cepat
ibuk masaknya ??”
“klau..tidak begitu, saat anak saya sampai
dirumah dia malah kelaparan p-ula karna saya belum masakin..”
“Ooo..ia ya buk..”
Kulihat
dari ibuk ini, ia sepertinya amat merindukan anaknya, dalam sekali ia berkata
matanya berkaca-kaca mengkin saat anaknya turun dari kereta ia kan langsung memeluk
anaknya itu.
Kupandangi jalur rel kereta datang, namun
belum kulihat juga rangkaian besi tua itu, memang sudah tua entah berapa
umurnya, namun besi tua itu lah yang kami tunggu-tunggu. Ibu yang disampingku
terus saja bercerita tentang anaknya itu dan sesekali membicarakan tingkah laku
suaminya yang belakangan ini mulai sakit-sakitan.
Aku hanya bisa
menganggukan kepala saja dan sesekali berkata iya, para penumpang yang sudah
membeli tiket atau pun yang ingin menjemput seseorang atau keluarganya semakin
resah dengan keterlambatan kereta yang begitu lama, ku pun menoleh kembali
kearah jam besar di dinding tembok stasiun yang menunjukkan waktu sudah pukul
08:43 wib
“wah..ini sungguh keterlambatan yang sangat
mengherankan sekali, biasanya hanya terlambar lima menit saja namun ini sudah
empat puluh tiga menit” kataku dalam hati.
“jangan-jangan ada keceakaan..” kataku tanpa
sadar
“kecelakaan dek..?”Tanya wanita disampingku
“ehee..blum tau juga buk, itu Cuma prasangka
saya saja, mudahan aja tidak..”
Namun wanita yang disampingku tampak cemas, “
tenng ya buk itu Cuma prasangka buruk saya saja dan…..”
Belum selesai aku melanjutkan perkataan ku,
kabar buruk itu benar-benar terjadi, petugas stasiun kereta member kabar
informasi melalui mikrofon bahwa kecelakaan dipertenggahan antara stasiun
tempatku berada dan kota, rel kereta api putus karna beberapa buah dari baut
rel telah hilang…
Seraya
wanita disampingku ini berteriak memanggil anaknya “ ANAKKU…!”
Aku mencoba untuk menenangkan dirinya,
mendengar informasi yang diberikan seluruh orang yang sedang menunggu keluarga
atau pun kenalan nya berterikan dan panik semua..“papa..papaku dikereta..!!!”
“haaaaa…!!”, “keretanya kecelakaan..keretanya
kecelakaan..!!”
Aku berusaha untuk menenangkan wanita yang
sampingku ini, “buk.. sudah buk..!”
“anakku ada di kereta…!”
“mungkin anak ibuk ngak jadi naik..”
“ngak.. kemarin katanya akan berangkat hari
ini dengan kereta itu..!!”
Kuberusaha terus untk tetap menenangkan wanita
ini, namun ia tidak berhentinya histeris memanggil nama anaknya..” ADAM…adam
anakku..!!”
Aku tidak tau lagi apa yang akan kulakuakan,
tiba-tiba petugas stasiun memberi tahukan penggumuman bahwa sudah ada 38 orang
yang dievakuasi dalam kecelakaan dan selebihnya belum dapat diketahui , tim
penyelamat sedang berusaha untuk mengevakuasi seluruh penumpang kereta.
Mendengar penggumuman itu, aku menggajak
wanita itu untuk mendengarkan daftar nama penumpang yang uda dievakuasi, namun
nama adam anak dari wanita ini belum ada. Ia bertambah panik karnanya ku juga
ikutan panik.
“
coba dihubungi saja.. mana tau ia tidak jadi berangkat hari ini” suara seorang
pemuda dari belakangku..
“iya.. buk ada nomor anak ibuk yang dapat
dihubungi..”
“ha.. iya..iaya ada..”
Wanita itupun dengan wajah penuh harapn
mencari nomor telepon anaknya yang ia tulis diselembaran kertas, “ nah ini dia
dek..”
Akupun mencoba untuk menghubunginya.., namun
tidak masuk dan ku coba untuk yang dua kalinya.. “tuuut..tuuut…”
“ wah ini masuk bu..” “hallo ini siapa ?”
“ini adam, maaf ini siapa ya..?”
“benar ini adam..?”
“ia, ini siapa ya..?”
segeraku berikan handphoneku kepada wanita, ibu adam yang kuhubungi ini..
“betapa gembiranya ia mendengar suara anaknya
itu, “maaf buk, adam sama sekali belu kasi kabar! Adam kesiangan jadi ditunda
nanti siang baru kesana buk..!, ibuk pasti capek nunggu adan di stasiun ya..
maaf ya buk…”
“tidak malah ibuk bersyukur.. kereta apinya
kecelakaan pagi inij rel keretanya putus, untung lah kamu tidak ada
didalamnya..”
Melihat
wanita itu senangahatikupun bahagia melihatnya, betapa bersyukurnya abuk itu
anaknya tidak apa-apa, “syukurlah anak ibu itu tidak jadi berangkat “ kata
pemuda yang ada dibelakangku, aku menoleh kebelakang..
“hei.. kamu..!, yang kemarinkan “ “ia.. “, “
terimakasi atas saranmu, aku sempat kebingungan juga..”,” ya.. sama-sama..”
Bersyukur sekali wanita ini, karna hanya sedikit orang yang beruntung
wanita ini, masih banyak orang yang histeris memanggil-manggil nama keluarga
ataupun kenalannya. Akupun pulang karna kereta yang ingin kutumpangi kecelakaan
ada rasa bahagia dalam hati karna aku ngak jadi pergi kekota dan dapat tetap
dirumahku berkumpul bersama keluarga dan juga ada rasa yang amat sedih karna
ikut merasakan kesedihan orang-orang yang jadi korban.
Aku pun pulang bersama wanita yang kini sudah
lega anaknya tidak apa-apa dan pemuda yang membantuku dan memberiku saran yang
bagus, namun sepertinya ia mengenaliku…??